Berita Populer

PKM: TSM Ajak LAI Kembangkan Basic Life Skill yang Satu Ini

Lembaga Alkitab Indonesia atau yang biasa disingkat sebagai LAI merupakan sebuah lembaga yang bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain itu, lembaga yang satu ini juga bertanggung jawab dalam mencetak dan menerbitkan Alkitab ke seluruh Indonesia. Mengambil konsep lembaga nirlaba, tentunya lembaga yang satu ini memiliki departemen khusus yang diberi nama departemen fundraising. Lalu, apa sih hubungan TSM dengan lembaga dan departemen ini?

Dikarenakan tugas dari departemen fundraising mengharuskan para orang di dalamnya untuk bertatap muka secara langsung dalam mewujudkan pemenuhan project lembaga, mereka diharuskan untuk cerdas dan pintar dalam menyusun kata-kata serta berperilaku dan berpenampilan wajar di depan banyak orang terutama investor. Nah, TSM melalui kegiatan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) berkesempatan dalam membagikan materi mengenai basic life skill yang wajib dimiliki oleh semua orang yaitu public speaking. Kegiatan ini diadakan pada hari Rabu, 19 Oktober 2022 dari pukul 09.00-12.00 WIB, di Gedung Lembaga Alkitab Indonesia yang berlokasi di Senen, Jakarta Pusat.

Seperti yang sudah disebutkan di awal, kegiatan ini ditujukan bagi para karyawan departemen fundraising LAI dari seluruh Indonesia. Pemaparan materi dimulai dengan kata sambutan dari para dosen dan perwakilan dari LAI, yaitu Bapak Elias. Materi pertama dipaparkan oleh Pak Beny yang mengangkat topik mengenai penampilan atau professional image. Menurut Pak Beny, saat kita pertama kali diharuskan bertemu atau berinteraksi dengan orang lain, kita harus mampu dalam menunjukan first impression yang berkesan. Kesan pertama tersebut yang nantinya akan membangun asumsi dan persepsi mengenai bagaimana sesuatu ke depannya akan berlangsung. Saat kita pertama kali dihadapkan dengan orang lain, kita bisa mulai menilai dari penampilan, bahasa tubuh, dan cara berpakaian orang lain bahkan ketika kita belum mengucapkan sepatah kata apapun.

Kesan pertama yang baik akan membantu kita agar orang lain dapat lebih mempercayai, menghormati, dan fokus kepada diri kita. Selain itu, Pak Beny juga menegaskan bahwa penampilan dapat membangun rasa kepercayaan diri dan ini merupakan salah satu bagian dari komunikasi non-verbal. Menurut Pak Beny, orang yang pertama kali kita temui tidak mungkin mengenal kita secara langsung. Maka dari itu, penampilan-lah yang menjadi petunjuk pertama bagi mereka untuk mengungkapkan siapa diri kita sebenarnya. Beberapa faktor yang bisa menciptakan penampilan profesional adalah dengan menjaga kebersihan badan, pakaian yang baik dan berkualitas, serta perilaku yang positif.

Materi selanjutnya dipaparkan oleh Pak Klemens Wedanaji mengenai sharing pengalamannya saat berjumpa dengan orang lain. Pak Klemens menegaskan materi sebelumnya yang mengatakan bahwa first impression memang penting adanya. Kesan pertama dapat melekat di benak dan mempengaruhi tindakan selanjutnya. Selain itu, untuk mencairkan ketegangan, Pak Klemens juga melakukan interaksi secara langsung dengan para karyawan LAI. Disini, Pak Klemens mengajak beberapa karyawan untuk melakukan sebuah “sandiwara” dengan mengangkat berbagai macam skenario yang memungkinkan ketika para karyawan diharuskan untuk berhadapan dengan berbagai jenis investor. Melalui sandiwara tersebut, Pak Klemens menekankan bahwa para karyawan fundraising  LAI harus memiliki “senjata” yang harus dikeluarkan apabila berpapasan dengan situasi yang tidak diinginkan.

Materi terakhir dipaparkan oleh Ibu Erika Jimena mengenai tujuan, praktek, kendala, dan solusi yang mungkin saja timbul ketika kita berinteraksi dengan orang lain. Ibu Erika memberikan beberapa tips untuk sukses saat melakukan presentasi, diantaranya yakni mengawali presentasi dengan senyuman, menyapa audiens, jangan terlihat gugup, berdiri tegak, mengatur intonasi dan artikulasi, dan yang terakhir adalah memperhatikan waktu. Terdapat beberapa cara yang efektif menurut Ibu Erika untuk menghilangkan rasa gugup yang sering muncul, yaitu dengan membayangkan pendengar sedang mendengar cerita menarik dari diri kita, kita juga harus menghindari kata yang merendahkan kapasitas diri pada saat perkenalan, mempelajari materi dengan baik dapat meningkatkan kepercayaan diri, melakukan afirmasi positif, dan percaya diri melalui segala ucapan, tindakan, dan perbuatan.

Terakhir ditutup dengan sesi tanya jawab, penutupan, dan foto bersama dengan para karyawan departemen fundraising Lembaga Alkitab Indonesia. Banyak hal bisa diambil dari kegiatan P3M kali ini. Belajar bahwa penyampaian tidak hanya bisa tersampaikan lewat kata-kata manis saja, melainkan dari bagaimana cara kita dalam merepresentasikan diri kita lebih lanjut di hadapan orang lain. Semoga dengan adanya kegiatan P3M di LAI ini dapat membantu para karyawan fundraising LAI dalam mengembangkan skill public speaking mereka dan dapat terus membangun hubungan yang baik dengan TSM.